Bagaimana Orang Mesir Kuno Menyelamatkan Orang Mati? – Penemuan mumi Mesir telah membuat orang kagum dan menyebabkan penyelidikan proses mumifikasi. Mumifikasi di Mesir Kuno melibatkan serangkaian proses rumit yang dilakukan pada mayat dalam upaya mencegah pembusukan.
Para arkeolog terus mempromosikan daya tarik mumi, melalui penggalian, pameran, dan studi. Mumifikasi telah menjadi identik dengan Mesir kuno, karena merupakan bagian integral dari agama dan budaya masyarakat.
Sejarah Mumifikasi di Mesir
Mumifikasi di Mesir dimulai sebagai proses alami, berkat kondisi daerah yang gersang dan iklim kering. Mayat yang terkubur di tepi gurun secara alami diawetkan, dan ini menegaskan gagasan religius tentang kehidupan abadi. Mumifikasi yang disengaja di Mesir dimulai sekitar 2600 SM. dan dipraktekkan selama lebih dari 2.000 tahun.
Orang kaya dan elit di masyarakat Mesir mulai menuntut upacara penguburan yang lebih canggih daripada lubang yang biasa digali di pasir. Tuntutan ini berarti bahwa tubuh mereka tidak dapat lagi bersentuhan dengan pasir, tetapi dengan metode pengawetan buatan harus digunakan.
Setelah periode mumifikasi eksperimental, praktik itu disempurnakan menjadi seni oleh pembalsem Mesir. Pada awalnya, praktik itu adalah prosedur yang mahal, hanya diperuntukkan bagi para Firaun dan orang kaya. Namun, seiring waktu prosesnya menjadi efisien dan terjangkau oleh massa. idn play
Proses Mumifikasi
Mumifikasi melibatkan pengangkatan sebagian besar organ internal serta kelembaban dari tubuh. Otak diekstraksi dengan menggunakan instrumen bengkok melalui hidung. Tindakan ini sangat sensitif karena wajah dapat dengan mudah rusak. Sebuah celah dibuat di bagian kiri perut dari mana organ dada dan perut dikeluarkan. premium303
Organ-organ ini, termasuk hati dan usus, disimpan dalam kotak yang disebut toples kanopik dan dikubur bersama jenazah. Hanya hati yang tersisa utuh, karena diyakini sebagai pusat keberadaan dan kecerdasan individu. Rongga tubuh kemudian direndam dalam bak natron yang berfungsi sebagai agen dehidrasi.
Natron terdiri dari natrium bikarbonat dan natrium karbonat. Agen tersebut bersumber dari Wadi Natrun, lembah gurun yang terkenal dengan banyak biara. Jangka waktu empat puluh hari sudah cukup untuk dehidrasi total pada jenazah. Setelah dikeringkan, tubuh dibuang dari semua isian sementara dan diisi dengan isian permanen.
Celah di perut ditutup, dan lilin atau resin digunakan untuk menutup lubang hidung. Tubuh yang dikeringkan itu kemudian diolesi dengan berbagai minyak. Selanjutnya, tim ahli kecantikan dan penata rambut dipanggil untuk merawat mayat tersebut. Setelah dipercantik, tubuh pun siap untuk proses pembungkus.
Ratusan meter kain linen digunakan untuk membungkus mayat secara efektif. Jimat ditempatkan di antara lapisan linen untuk perlindungan dan terkadang disertai dengan doa yang ditulis pada strip linen. Resin hangat dituangkan ke dalam formulir sebelum pembungkus dilanjutkan.
Setelah selesai, mumi ditempatkan di peti mati sebagai persiapan upacara penguburan. Mumifikasi dilakukan pada manusia dan juga hewan, karena mumi dari ular hingga elang telah ditemukan.
Peran Agama Dalam Proses Mumifikasi
Agama memiliki pengaruh yang sangat besar pada proses mumifikasi di Mesir kuno. Orang Mesir, selain menyembah banyak dewa dan dewi, percaya pada kehidupan abadi dan kebangkitan tubuh.
Keyakinan mereka terutama diperkuat oleh pengamatan alam seperti keyakinan bahwa matahari terlahir kembali di timur setiap pagi, setelah mati di barat pada malam sebelumnya. Alam baka disebut sebagai padang alang-alang, wilayah subur dan produktif tempat orang akan bertransisi setelah kematian.
Tubuh diyakini sebagai rumah bagi jiwa, yang dapat hidup lama setelah kematian selama tubuh itu dipertahankan. Mumifikasi dianggap sebagai cara untuk memastikan masuk ke alam baka. Mumifikasi menggunakan keahlian para pendeta, yang terlibat dalam semua tahapan proses. Para pendeta juga melakukan ritual dan ritual keagamaan pada mumi tersebut.
Alat Dan Praktisi Yang Terlibat Dalam Mumifikasi
Proses mumifikasi dilakukan di bengkel pembalsem, seringkali terletak di dekat candi. Beberapa alat digunakan dalam proses tersebut, yang pertama adalah pengait otak yang digunakan untuk ekstraksi otak. Bilah Obsidian digunakan untuk memotong perut. Penggunaan corong digunakan untuk menuangkan resin melalui hidung ke dalam rongga tengkorak.
Jimat ditempatkan di antara lapisan linen terkadang disertai dengan topeng di antara perban kepala. Penutup kaki dan dada selanjutnya digunakan untuk memberikan dukungan tambahan pada mumi. Kepala proses mumifikasi adalah pembalsem, seorang pendeta khusus yang jabatannya turun-temurun.
Pembalsem menyamar sebagai Anubis, dewa pembalsem saat memimpin upacara mumifikasi. Beberapa pendeta lainnya terlibat dalam kegiatan lain seperti membungkus dan ritual keagamaan pada mumi tersebut. Pemotong bertanggung jawab atas sayatan yang dibuat pada mayat. Industri mumifikasi di Mesir kuno mempekerjakan banyak pekerja, pengrajin, dan pengrajin.
Peninggalan dan keturunan
Penemuan mumi, terkadang dalam bentuk utuh, telah membantu para ilmuwan memperoleh wawasan tentang peradaban kuno. Di era teknologi modern, para ilmuwan telah mengekstraksi informasi tentang gaya hidup, penyakit, hubungan, genetika, umur, kesehatan, penggunaan narkoba dengan menilai sisa-sisa yang digali.
Proses mumifikasi telah menjelaskan praktik budaya dan agama serta inovasi ilmiah di Mesir kuno. Lembah Mumi, ditemukan di Mesir, telah menarik para ilmuwan dan sejarawan dari seluruh penjuru dunia. Penurunan mumifikasi di Mesir dimulai dengan invasi dari kekuatan-kekuatan seperti Persia, Yunani, dan Roma. Korban tewas meningkat seiring dengan menurunnya jumlah pembalsem.
Penurunan kekayaan dan peningkatan agama Kristen dalam masyarakat Mesir semuanya mengurangi popularitas prosedur tersebut. Prosesnya, yang dulunya rumit dan rumit, menjadi bermasalah dan berkualitas buruk. Mitologi Yunani menggantikan mitologi Mesir, dan mumifikasi, yang merupakan bagian penting dari agama Mesir, akhirnya kehilangan relevansinya.